PONOROGO, LINGKARWILIS.COM – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican yang berlokasi di Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, kini menghadapi kondisi darurat akibat kelebihan kapasitas. Imbasnya, aliran sungai di sekitar TPA menjadi tercemar, sehingga berdampak langsung pada irigasi pertanian warga di sekitarnya.
Saat hujan turun deras, limbah sampah dari TPA terbawa ke aliran sungai. Akibatnya, saluran irigasi yang menuju lahan pertanian tersumbat dan tercemar air lindi, yang mengandung bahan berbahaya dari timbunan sampah.
Menurut keterangan warga setempat, Ibnu Ato’ilah, kejadian seperti ini kerap terjadi terutama saat musim hujan. Ia mengaku kondisi tersebut membuat para petani di Desa Mrican merasa resah karena sawah mereka tidak bisa lagi diandalkan.
Baca juga : Banjir Bandang Hantam Mojo Kediri, Lansia Hilang, Rumah Hancur, Belasan Ternak Hanyut
“Sungai sudah tak mampu menampung sampah yang meluap dari TPA. Sekarang sampah itu sampai ke area persawahan,” ujar Ibnu saat ditemui di lokasi, Jumat sore (16/5/2025).
Ibnu menambahkan bahwa pencemaran limbah tersebut juga berdampak pada hasil panen. Jika sebelumnya sawahnya mampu menghasilkan hingga 10 kuintal, kini hanya menghasilkan 4 hingga 5 kuintal padi.
“Penurunan produksinya cukup drastis, apalagi ini musim hujan. Dampaknya sangat terasa,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala UPT TPA Mrican, Abri Susilo, membenarkan bahwa lokasi TPA saat ini memang sudah tak lagi mampu menampung volume sampah yang masuk setiap hari. Kondisi ini makin parah karena letak TPA yang berada tak jauh dari aliran sungai.
Baca juga : PUI Kediri Raya Gelar Aksi Damai dan Galang Donasi untuk Palestina
“Beberapa hari terakhir hujan deras mengguyur, dan memang ada saluran air yang terhubung langsung ke sungai, sehingga limbah ikut terbawa arus,” terangnya.
Abri juga mengakui bahwa banyak truk pengangkut sampah masih berdatangan meski operasional TPA telah berakhir. Hal ini menyebabkan sampah menumpuk dan tidak tertata, sehingga mudah terbawa air hujan.
“Limbah inilah yang akhirnya mencemari sungai dan lahan pertanian warga,” tutup Abri.***
Reporter : Sony Prasetyo
Editor : Hadiyin