Puluhan Sapi Mati, PMK Melonjak di Nganjuk, Kasus Tertinggi dalam Beberapa Bulan Terakhir

Perawatan pada sapi yang dilaporkan terjangkit PMK di Wilangan, Kabupaten Nganjuk (Inna/
Perawatan pada sapi yang dilaporkan terjangkit PMK (Inna)

Nganjuk, LINGKARWILIS.COM – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Nganjuk mencapai angka tertinggi sejak wabah ini kembali muncul pada Oktober 2024. Berdasarkan data Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Nganjuk, jumlah sapi yang terjangkit virus terus bertambah, dengan lonjakan signifikan pada Januari 2025.

Hingga 8 Januari, tercatat 41 kasus, tersebar di enam kecamatan: Berbek, Loceret, Sawahan, Rejoso, Ngetos, dan Wilangan.

Menurut Siti Farida, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Disperta Nganjuk, penyebaran PMK dipicu oleh kurangnya pengawasan terhadap arus perdagangan sapi, terutama di Pasar Hewan Kedondong, Kecamatan Bagor, yang merupakan pusat perdagangan berskala nasional.

Baca juga : Kasus PMK di Kediri Bertambah, 101 Sapi Baru Terpapar

“Minimnya pengawasan lalu lintas sapi menjadi salah satu penyebab utama meluasnya virus ini,” jelasnya.

PMK mulai terdeteksi kembali pada Oktober 2024 dengan 21 kasus, menurun pada November menjadi tiga, namun kembali melonjak di Desember dengan 25 kasus. Puncaknya terjadi di awal Januari 2025, menjadikannya periode terburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Disperta Kabupaten Nganjuk telah mengambil sejumlah langkah untuk menekan penyebaran virus. Program vaksinasi terus digencarkan bagi sapi-sapi sehat, sementara sapi yang terinfeksi mendapat pengobatan gratis dari pemerintah.

Baca juga : Pasca Penetapan, Bupati-Wakil Bupati Kediri Bakal Dilantik Februari 2025

Farida juga menjelaskan upaya preventif lain, seperti meningkatkan pengawasan di pasar hewan.

“Kami memeriksa sapi-sapi yang terlihat mencurigakan dan memastikan hanya hewan bebas PMK yang diperjualbelikan,” katanya.

Selain itu, Disperta melakukan sosialisasi kepada peternak untuk mengenali gejala PMK dan melaporkan kasus secara cepat.

Petugas Disperta juga turun langsung ke lapangan untuk memberikan edukasi dan mendesak peternak agar tidak menjual sapi yang sakit.

“Dengan berbagai langkah ini, kami berharap penyebaran PMK dapat segera dihentikan, melindungi peternak, dan mencegah kerugian ekonomi lebih besar,” pungkas Farida.***

Reporter: Inna Dewi Fatimah

Editor : Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *