TEL AVIV, LINGKARWILIS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali jadi sorotan tajam di negaranya. Sejumlah anggota Knesset (parlemen) menuding Netanyahu memanfaatkan perang yang masih berlangsung di Gaza sebagai tameng untuk menggagalkan proses hukum atas tuduhan korupsi yang menjeratnya.
Naama Lazimi, anggota parlemen dari Partai Buruh, menyampaikan kritik tajam dengan menuduh Netanyahu mengorbankan masa depan Israel demi menyelamatkan dirinya sendiri.
“Dia menjadikan masa depan negara ini dan generasi mendatang sebagai sandera proses hukumnya,” kata Lazimi, Minggu (29/6), mengutip The Times of Israel.
Isu ini juga menjadi perhatian di kancah internasional. Mantan Presiden AS Donald Trump, dalam pernyataan terbarunya, menyerukan agar proses hukum Netanyahu dihentikan. Trump bahkan menyinggung dukungan miliaran dolar dari AS untuk Israel setiap tahunnya dan menyebut: “Bebaskan Bibi. Kami tidak bisa terus diam.”
Baca juga : Serangan Udara Israel Tewaskan 14 Warga Sipil di Gaza
Namun, sejumlah politisi Israel mengecam keras pernyataan Trump. Gilad Kariv, legislator dari Partai Demokrat, menuding Netanyahu dan kroninya berada di balik dorongan itu. Ia menyebut kelompok di sekitar perdana menteri “tak segan mempertaruhkan keamanan nasional demi membebaskan Netanyahu dari jerat hukum.”
Di sisi lain, kelompok Hamas mengklaim bersedia melepas seluruh sandera Israel jika serangan dihentikan, tentara Israel ditarik dari Jalur Gaza, dan tahanan Palestina dibebaskan.
Namun, Netanyahu tetap menolak usulan tersebut dan terus melanjutkan operasi militer yang disebut banyak pihak sebagai genosida. Hingga kini, lebih dari 56.400 warga Gaza telah dilaporkan tewas sejak Oktober 2023.
Karine Elharrar, anggota Knesset dari Yesh Atid, menuduh Netanyahu menyandera isu kemanusiaan dan diplomasi demi kepentingan pribadi. Ia bahkan menuding Trump ikut “memperalat” bantuan luar negeri untuk mengintervensi sistem peradilan Israel.
Baca juga : Empat Warga Lamongan Dievakuasi dari Iran, Ternyata Satu Keluarga Asal Desa Tawangrejo
Pemimpin oposisi Yair Lapid turut bersuara, mendesak Trump agar tidak mencampuri urusan hukum Israel. Ia mengisyaratkan bahwa dukungan Trump mungkin sebagai balas jasa atas konsesi yang diberikan Netanyahu dalam konflik Gaza.
Dari sisi hukum, Netanyahu menghadapi dakwaan berat dalam tiga kasus berbeda, yakni kasus penerimaan hadiah mewah dari para pengusaha, dugaan kerja sama dengan penerbit media untuk mendapatkan pemberitaan positif dan kasus paling serius, menyangkut dugaan imbal balik antara Netanyahu dan pemilik perusahaan media Bezeq serta portal berita Walla.
Meski membantah seluruh tuduhan, proses hukum terhadap Netanyahu telah memasuki tahap interogasi intensif sejak awal 2025. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman penjara.***
Editor : Hadiyin