Kepala BPBD Trenggalek, Triadi Admono, menyampaikan himbauan tersebut pada Kamis (18/4/2024) sebagai langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak yang mungkin timbul. Cuaca ekstrem dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, pohon tumbang, dan tanah longsor.
“Penyebab potensi cuaca ekstrem ini antara lain adalah suhu muka laut yang masih hangat di perairan Jawa Timur, meningkatnya pasokan uap air di atmosfer, kondisi udara labil dan lembab, serta gangguan gelombang atmosfer ekuatorial rossby. Hal ini menyebabkan Trenggalek berpotensi mengalami hujan lebat disertai angin kencang,” jelasnya.
Triadi mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan langkah-langkah antisipatif bersama stakeholder lain untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Salah satu langkah penting adalah peningkatan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk masyarakat melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana).
Trenggalek telah membentuk 52 Destana dari total 152 desa dan 5 kelurahan di wilayahnya, di mana masyarakat dilatih untuk memahami langkah-langkah yang harus diambil dalam menghadapi bencana alam. Selain itu, alat-alat deteksi bencana seperti Early Warning System (EWS) juga dipastikan berfungsi dengan baik.
Langkah mitigasi lainnya meliputi kegiatan pembersihan sungai dan kolaborasi lintas sektoral antara pemerintah daerah, TNI-Polri, dan unsur lainnya. Semua langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap potensi cuaca ekstrem demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Trenggalek.***