Daerah  

Musdes Pagerwojo Memanas, Warga Desak Pemberhentian Kaur Perencanaan

Musdes Pagerwojo Memanas, Warga Desak Pemberhentian Kaur Perencanaan
Konflik Kepentingan Warnai Musdes Pagerwojo, Arif Bagus Jadi Sorotan (Pesan Koran 75)

LINGKARWILIS.COM – Musyawarah Desa (Musdes) Pagerwojo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Rabu malam (18/6) berlangsung dengan tensi tinggi.

Puluhan warga dan tokoh masyarakat menghadiri forum yang membahas petisi tuntutan terhadap Kaur Perencanaan, Arif Bagus, terkait dugaan tidak transparannya pelaksanaan proyek desa, khususnya rabat beton.

Sejumlah warga menilai Arif bertanggung jawab atas minimnya informasi publik mengenai proyek pembangunan tersebut.

Salah satu suara paling lantang datang dari Usman, mantan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang menyatakan bahwa desakan warga sudah melalui proses panjang.

Penyelundupan Ganja dari Malaysia ke Malang Terbongkar, Tersangka Dibekuk di Bali!

“Warga tidak asal menuduh. Tuntutan kami agar Pak Arif diberhentikan sudah melalui proses,” tegas Usman dalam forum, meski tidak menyertakan bukti spesifik.

Di tengah perdebatan, muncul berbagai usulan solusi. Kepala Dusun Ngemplak, Bayu Wijayanto, mengajukan opsi cuti sementara bagi Arif agar proses berjalan lebih tenang.

Anggota BPD, Yusuf bahkan menyarankan Arif untuk mengundurkan diri sebagai langkah yang dinilai lebih terhormat.

Yusuf turut menyinggung adanya indikasi penyimpangan pada proyek rabat beton sebagai sumber keresahan warga.

Cerita Mistis Penjaga Situs Totok Kerot, Suara Gentha hingga Pusaran Angin di Malam Hari

Menanggapi berbagai tuduhan, Arif Bagus dengan tegas membantah. Ia menyebut bahwa konflik yang muncul bukan soal teknis proyek, melainkan dilatarbelakangi oleh persoalan pribadi dan kekecewaan pihak tertentu yang tidak lagi menjadi bagian dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK).

“Ini bukan soal proyek, ini soal dendam. TPK tidak pernah pegang uang. Dana proyek langsung ditransfer ke toko material, tidak ada celah untuk dikorup,” ujarnya membela diri.

Pernyataan Arif mendapat dukungan dari Kepala Desa Pagerwojo, Imam Wahyudi. Ia menilai, polemik ini baru muncul setelah pergantian struktur TPK.

“Masalah ini muncul setelah pergantian TPK. Silakan simpulkan sendiri motifnya,” ujar Imam dengan nada tajam.

Di luar forum, Arif turut membeberkan adanya upaya pemerasan oleh oknum wartawan. Ia mengungkap bahwa Ketua TPK, Masrukin, sempat diminta uang Rp3 juta agar proyek rabat beton tidak diberitakan secara negatif.

“Masrukin sempat menawar Rp500 ribu, tapi ditolak. Saya sendiri akhirnya memberi Rp100 ribu untuk bensin. Tapi oknum itu bilang, ‘Kalau uang Rp3 juta tidak sampai jam 12 siang, saya naikkan beritanya,’” kata Arif.

Selain itu, ia menyebut beberapa nama yang menurutnya memiliki kepentingan pribadi, seperti Yusuf yang berubah sikap usai anaknya tidak lolos seleksi perangkat desa, serta Agus Kusuma Nirwana yang dua kali gagal mencalonkan diri sebagai kepala desa. “Ada barisan sakit hati,” sindirnya.

Musyawarah akhirnya ditutup oleh Kades Imam Wahyudi dengan penegasan bahwa belum ada keputusan final terkait nasib Arif. Ia berjanji akan mengevaluasi seluruh masukan warga sebelum mengambil keputusan.

“Kami butuh waktu satu minggu untuk mengevaluasi semuanya secara menyeluruh. Keputusan akan diambil sesuai mekanisme yang berlaku,” tutup Imam.

Meski penuh ketegangan, forum berjalan kondusif. Namun dinamika Musdes ini mencerminkan bagaimana intrik dan tarik-menarik kepentingan masih menjadi bagian tak terpisahkan dalam pengelolaan pemerintahan desa.(st2)

Editor: Shadinta Aulia Sanjaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *