Palestina, LINGKARWILIS.COM – Laporan terbaru dari Komisi Tahanan Palestina mengungkapkan kondisi tidak manusiawi yang dialami oleh tahanan wanita di Penjara Damoun, Israel. Mereka menghadapi pelecehan, perlakuan brutal, serta pembatasan akses terhadap kebutuhan dasar, terutama di tengah musim dingin.
Dilansir dari laman Wafanews, dalam pernyataannya pada Rabu (27/11), berdasarkan hasil kunjungan advokat Komisi, terungkap bahwa otoritas penjara menolak memberikan pakaian musim dingin dan selimut tambahan bagi para tahanan, meski suhu terus menurun.
Menurut laporan Wafanews, setiap tahanan hanya diizinkan memiliki satu mantel musim dingin, sementara perlengkapan kebersihan dan barang kebutuhan pribadi sangat dibatasi. Bahkan, para tahanan hanya diperbolehkan membawa satu bungkus kecil sampo yang tidak mencukupi kebutuhan mereka.
Makanan Minim dan Kualitas Buruk
Para tahanan juga mengeluhkan buruknya kualitas makanan yang disediakan. Selama lebih dari tujuh bulan, mereka dipaksa makan kacang-kacangan sebagai makanan utama, yang berdampak pada kesehatan mereka, seperti menyebabkan sembelit dan masalah pencernaan lainnya.
Privasi Dilanggar dan Hukuman Kolektif
Selain itu, tindakan represif kerap terjadi. Penjaga penjara dilaporkan menyerbu kamar tahanan tanpa memerhatikan privasi, menyita barang-barang pribadi, dan dalam beberapa kasus menggunakan semprotan gas di dalam ruangan. Komisi juga mencatat adanya hukuman kolektif tanpa alasan yang jelas serta hinaan verbal yang ditujukan kepada para wanita.
Baru-baru ini, Wakil Direktur Penjara Damoun dilaporkan melakukan kekerasan fisik terhadap sejumlah tahanan wanita, memperburuk situasi yang sudah mencekam.
Kesehatan dan Isolasi Semakin Parah
Meski banyak tahanan mengalami kondisi kesehatan yang buruk, mereka enggan meminta bantuan medis karena takut diinterogasi alih-alih menerima perawatan yang dibutuhkan. Administrasi penjara juga memperparah isolasi dengan memasang penghalang plastik di pintu sel, yang membatasi komunikasi antar tahanan.
Kondisi yang dialami para tahanan wanita ini mencerminkan meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia di Penjara Damoun, mendorong desakan internasional untuk memberikan perhatian lebih terhadap nasib mereka.***
Editor: Hadiyin