KEDIRI, LINGKARWILIS.COM — Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri mulai melakukan pemetaan wilayah pertanian dan perkebunan yang berpotensi terdampak bencana alam sepanjang tahun 2025. Langkah ini diambil guna mengantisipasi risiko penurunan produksi dan menjaga ketahanan pangan daerah.
Pelaksana Tugas Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri, Sukadi, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan intensif khususnya di wilayah barat Sungai Brantas, termasuk saat terjadi banjir bandang di wilayah Blimbing, Kecamatan Mojo.
“Alhamdulillah, sejauh ini belum ada lahan pertanian yang terdampak secara langsung. Banjir hanya melintasi aliran sungai dan jalan-jalan warga. Posisi sawah relatif lebih tinggi dari permukaan sungai,” ujar Sukadi, Sabtu (25/5/2025).
Ia juga menambahkan bahwa bencana longsor yang sempat terjadi cenderung mengarah ke lahan milik Perhutani, bukan ke area perkebunan masyarakat. Kendati demikian, Sukadi menekankan pentingnya kesiapsiagaan petani dalam menghadapi potensi bencana.
Dispertabun meminta para petani segera melaporkan apabila terjadi kerusakan atau gangguan pada lahan mereka akibat bencana, baik saat masa tanam maupun menjelang panen.
“Laporan dari petani sangat penting untuk percepatan penanganan dan penyelamatan hasil pertanian. Kita harus sigap agar produksi pertanian tidak terganggu, apalagi ini menyangkut ketahanan pangan,” imbuhnya.
Baca juga : Warung Murah Tugurejo 86, Surga Kuliner Jawa Rumahan di Kawasan Industri Kediri
Dispertabun juga mengimbau seluruh petani di Kabupaten Kediri untuk lebih waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem dan potensi gejala alam yang dapat memicu bencana. Menurut Sukadi, menjaga produktivitas pertanian di tengah tantangan iklim adalah prioritas utama.***
Reporter : Bakti Wijayanto
Editor : Hadiyin