KEDIRI, LINGKARWILIS.COM – Semarak menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H terasa kental di Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Warga tumpah ruah mengikuti gelaran tradisi tahunan Bersih Desa yang berlangsung meriah pada Jumat pagi (27/6/2025).
Rangkaian acara diawali dengan kirab budaya dan arak-arakan hasil bumi yang dimulai dari area timur makam Burengan menuju situs punden Mbah Bureng. Di lokasi tersebut digelar ritual genduri sebagai bentuk doa dan penghormatan terhadap leluhur. Usai ritual, peserta kirab melanjutkan perjalanan mengelilingi kawasan desa dan berakhir di lapangan Burengan.
Tak hanya itu, pentas kesenian turut menyemarakkan acara. Grup jaranan legendaris Gagak Rimang tampil memukau warga dengan atraksi seni tradisional khas Kediri. Sementara pada malam harinya, panggung hiburan diisi oleh kelompok campursari Wijoyo Laras dari Kelurahan Betet, yang akan menampilkan musik tradisional bernuansa Jawa.
Baca juga : Porprov Jatim 2025, Kota Kediri Raih 28 Medali dalam Sehari, Target Tiga Besar Kian Nyata
Lurah Burengan, Adi Sutrisno, mengatakan bahwa kegiatan Bersih Desa bukan sekadar perayaan pergantian tahun Hijriyah, tetapi juga bentuk konkret pelestarian warisan budaya Jawa yang telah mengakar kuat di masyarakat.
“Kegiatan ini adalah perwujudan semangat guyub, gotong royong, sekaligus sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga. Ini juga menjadi upaya kami menjaga tradisi dan nilai luhur budaya lokal,” ujar Adi.
Senada dengan itu, Sigit, salah satu warga Burengan, mengungkapkan rasa bangganya terhadap kelestarian budaya leluhur yang terus dirawat.
“Tradisi ini membuat kami lebih solid sebagai warga. Anak-anak juga jadi lebih mengenal dan mencintai budaya Jawa sejak dini,” katanya.
Baca juga : Ribuan Warga Kota Kediri Tumplek Blek, Ikuti Kirab 1 Muharram, Menyatu dalam Harmoni Budaya dan Religi
Tradisi Bersih Desa di Burengan menjadi simbol kebersamaan dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru. Warga berharap kegiatan semacam ini dapat terus digelar sebagai bagian dari identitas budaya yang tak lekang oleh waktu.***
Reporter: Agus Sulistyo Budi
Editor: Hadiyin






