Daerah  

Mengenal Topan Yagi Badai Besar yang Menyerang Vietnam hingga Picu Banjir dan Bangunan Rusak

Korban Tewas Badai Yagi Melanda Vietnam Terus Bertambah, Banjir Bandang Terus Melanda
Ilustrasi topan Yagi

LINGKARWILIS.COM – Pada Sabtu (7/9/2024) Topan Yagi yang awalnya terbentuk pada awal bulan September, berkembang menjadi topan super saat memasuki Laut Timur dan akhirnya melanda provinsi Quang Ninh serta Hai Phong di Vietnam.

Badai ini menimbulkan angin dengan kecepatan hingga 213 km/jam dan hujan deras yang menyebabkan banjir besar dan tanah longsor di 26 provinsi, termasuk yang paling parah terdampak seperti Quang Ninh dan Hai Phong.

Topan Yagi menyebabkan sedikitnya 58 orang meninggal dunia dan 40 orang hilang, dengan banyak korban akibat terkena tanah longsor dan banjir bandang di area pegunungan.

Sekitar 52.979 orang juga terpaksa dievakuasi dari wilayah yang terkena banjir dan rawan tanah longsor, termasuk distrik Binh Lieu yang mengalami kerusakan parah pada rumah dan infrastruktur akibat Topan Yagi ini.

Mengenal Topan Yagi

Dikenal sebagai Badai Tropis Parah di Filipina, adalah siklon tropis yang sangat kuat dan destruktif. Topan ini mempengaruhi Filipina, Tiongkok, Vietnam, dan Laos pada awal September 2024.

Nama Yagi, yang berarti kambing atau konstelasi Capricornus dalam bahasa Jepang, adalah topan kesebelas yang dinyatakan menandai topan ganas pertama dan badai Kategori 5 pertama dalam musim topan tahunan.

Yagi tercatat sebagai salah satu bencana alam terparah yang melanda Vietnam Utara dan merupakan topan terkuat yang menghantam Hainan selama musim gugur meteorologi.

Ini juga termasuk dalam daftar empat topan super kategori 5 yang pernah tercatat di Laut Cina Selatan, bersama Pamela (1954), Rammasun (2014), dan Rai (2021).

Perkembangan Topan Yagi ke Vietnam 

Topan Yagi mulai terbentuk dari area bertekanan rendah pada 30 Agustus, sekitar 540 km di barat laut Palau. Pada 1 September, sistem ini diidentifikasi sebagai badai tropis dan dinamai Yagi oleh Badan Meteorologi Jepang (JMA).

Setelah mendarat di Casiguran, Aurora, Filipina pada 2 September, Yagi melemah saat melintasi medan terjal Cordillera Central di Luzon.

Setelah keluar kembali ke Laut Cina Selatan, Yagi mulai menguat kembali dan mencapai intensitas puncaknya pada 5 September dengan kecepatan angin mencapai 195 km/jam dan tekanan pusat 915 hPa. Topan ini kemudian mencapai status super setara Kategori 5 dengan angin berkelanjutan mencapai 260 km/jam.

Topan ini mengalami penurunan kekuatan sementara selama siklus penggantian dinding mata sebelum mendarat di dekat Wenchang, Provinsi Hainan, Tiongkok pada 6 September.

Yagi melintasi Hainan utara dan langsung di atas Haikou sebelum mendarat di Kabupaten Xuwen di Provinsi Guangdong dan bergerak ke Teluk Tonkin.

Topan ini mendarat di Haiphong dan Quảng Ninh, Vietnam, pada 7 September dan bergerak ke arah barat daya hingga terakhir kali terpantau pada 8 September.

Kombinasi Topan Yagi dengan monsun barat daya menyebabkan hujan lebat di Luzon, yang mengakibatkan banjir bandang di berbagai lokasi.

Observatorium Hong Kong mengeluarkan peringatan Gale atau Storm No. 8 saat Topan Yagi mendekat, mengakibatkan pemadaman listrik dan pohon tumbang di Hainan. Di Vietnam, beberapa bangunan dan tiang listrik tumbang, menyebabkan gangguan listrik di berbagai daerah.

Secara keseluruhan, Topan Yagi mengakibatkan 158 kematian, 889 luka-luka, dan 95 orang hilang, dengan kerusakan diperkirakan mencapai USD 9,32 miliar di delapan negara yang terkena dampak.

Dampak Topan Yagi di Beberapa Negara

1 Filipina

Topan Yagi yang berinteraksi dengan musim barat daya, menimbulkan dampak signifikan di Filipina. Badai ini menyebabkan 20 kematian, 22 luka-luka, dan 26 orang hilang.

Wilayah Metro Manila serta provinsi-provinsi seperti Bulacan, Camarines Norte, Camarines Sur, Cavite, Laguna, Samar Utara, Pangasinan, dan Rizal mengalami banjir parah.

Semnetara di Teluk Manila, beberapa kapal mengalami kecelakaan, termasuk satu yang kandas di lepas pantai Navotas dan dua kapal yang bertabrakan, memicu kebakaran pada salah satu kapal.

Selain itu, sebuah tongkang kandas di Rosario, Cavite. Untuk merespons krisis, Presiden Bongbong Marcos melakukan inspeksi udara dan mengumumkan alokasi bantuan kemanusiaan lebih dari ₱16 juta (sekitar USD 324.873) untuk daerah-daerah yang terdampak.

2 Hong Kong dan Makau

Yagi di Hongkong melukai sembilan orang dan memaksa 270 orang untuk mengungsi, laporan kerusakan mencatat 79 pohon tumbang.

Selain itu, sebuah puting beliung dilaporkan di perairan timur Hong Kong pada 6 September. Makau juga terdampak dengan dua orang terluka dan sepuluh orang mengungsi.

5 Cina

Hainan, Tiongkok, mengalami kerusakan yang parah akibat Yagi, dengan empat orang tewas dan 95 lainnya terluka.

Pemadaman listrik mempengaruhi sekitar 830.000 rumah tangga, dan 1,2 juta orang masih tanpa listrik hingga 7 September.

Curah hujan melebihi 200 milimeter di hampir seluruh Hainan, dengan Haikou mencatat sekitar 525 milimeter. Kerugian ekonomi di Hainan diperkirakan mencapai sekitar USD 9,15 miliar), sementara kerusakan infrastruktur total mencapai sekitar USD 112,87 juta, apabila ditotal berkisar USD 9,26 miliar).

6 Vietnam

Topan Yagi menimbulkan dampak yang sangat merusak di Vietnam setelah mendarat pada 7 September 2024. Badai ini menyebabkan sedikitnya 127 kematian, melukai 752 orang, dan 64 orang dilaporkan hilang.

Tanah longsor menyebabkan 44 kematian, sementara lebih dari 50.000 rumah mengalami kerusakan di seluruh negeri.

Badai ini juga menyebabkan 162.828 hektar tanaman pangan tenggelam dan menghancurkan 1.000 tempat perikanan.

Semnetara di Hanoi, empat orang tewas, banyak rumah ambruk, banyak kehilangan atap, dan 24.800 pohon tumbang.

Pemadaman listrik juga terjadi di Quang Ninh dan Thai Binh. Haiphong mengalami banjir dengan kedalaman air mencapai 0,5 meter dan satu orang tewas. Di Quảng Ninh, empat orang meninggal, dan sekitar 30 kapal tenggelam atau rusak parah.

Topan Yagi menjadi salah satu bencana alam paling merusak di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir. Dengan intensitas dan dampak yang sangat besar, kejadian ini menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat terhadap bencana untuk mengurangi dampak serta kerusakan yang diakibatkan.

Editor: Shadinta Aulia Sanjaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *