“Selain kekeringan terjadi di daerah pegunungan, kekeringan juga sudah merambat hingga ke daerah dataran rendah. Seperti di Kecamatan Gandusari yaitu Desa Wonoanti,” kata Kepala BPBD Trenggalek, Triadi Admono, Senin (30/10/2023).
Untuk menanggulangi krisis air bersih itu, pihaknya terus melakukan suplai air bersih secara berkala dengan mengerahkan empat armada yang dimiliki.
Pengiriman air bersih itu bakal dilakukan hingga musim hujan yang diperkirakan turun pada pertengahan November.
Namun jika sampai November hujan belum turun, Triadi memastikan seluruh kecamatan di Trenggalek terdampak kekeringan.
“Diharapkan, pada desa yang sudah mulai mengalami kekeringan segera mengirimkan surat ke kantor BPBD agar segera mendapat pengiriman air bersih,” katanya.
“Karena pengiriman air bersih dilakukan jika sudah ada surat permintaan dari desa setempat,” imbuhnya.
Selain mengirimkan bantuan air bersih, petugas tengah mengupayakan bantuan sumur bor dari BNPB melalui Pemprov Jatim. Rencananya, bantuan sumur bor itu dialokasikan di 66 titik merujuk dampak kekeringan pada 2019 lalu.
Dengan adanya sumur bor itu, pihaknya berharap kekeringan di Bumi Menak Sopal tak lagi terjadi bencana musiman saban kemarau. “Semoga kekeringan di Trenggalek bisa ditanggulangi,” pungkasnya.
Terpisah, Imam Mursyid warga Desa Wonoanti mengatakan, sejak kisaran sebulan lalu warga sekitar mengalami kekeringan. Kondisi air di sumur-sumur warga mengering sehingga tak lagi bisa diakses.
Untuk saat ini, warga mengandalkan bantuan suplai air bersih hingga hujan turun sehingga sumur-sumur air yang dimiliki warga dapat difungsikan kembali.
“Air di masing-masing sumur warga sudah mulai mengering dan harus berhemat untuk menggunakannya. Kekeringan di tahun ini lebih parah dari tahun sebelumnya, tahun ini lebih dari 5 RT yang kekurangan air bersih,” kata dia.***
Editor : Hadiyin