Daerah  

Krisis Air Bersih, Pemandangan Tahunan yang Dialami Warga Trenggalek 

Krisis air minum menjadi cobaan dan kondisi yang terus menerus dialami sebagian warga Trenggalek menjelang musim kemarau. Sebab , sebagian masyarakat sulit mendapatkan air minum bersih akibat sumber air yang menipis.
Potret warga mengantre suplai air bersih. (angga)

Trenggalek, Lingkarwilis.com –  Krisis air minum menjadi cobaan dan kondisi yang terus menerus dialami sebagian warga Trenggalek menjelang musim kemarau. Sebab , sebagian masyarakat sulit mendapatkan air minum bersih akibat sumber air yang menipis.

Masyarakat harus mencari sumber air bersih bahkan berebut di saat musim kemarau dimana banyak warga yang mengantri menunggu di sumber air yang masih tersedia.

Gambaran ini sepertinya merupakan kebiasaan tahunan. Terlihat di beberapa wilayah di Kabupaten Trenggalek saat memasuki musim kemarau.

Banyak warga yang terlihat antri membawa beberapa tangki air bersih dan wadah air bersih lainnya. Salah satunya di Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh Trenggalek. Selain Mlinjon, delapan desa di enam kecamatan juga mengalami nasib serupa.

“Ini menjadi aktivitas lazim yang dilakukan warga saat musim kemarau,” kata Yanu, salah satu warga Dusun Selorejo, Senin (2/10/2023).

Yanu menjadi salah satu warga dari 194 Kepala Keluarga (KK) di empat Rukun Tetangga (RT) yang terdampak krisis air bersih di dusun itu.

Saat memasuki kemarau, ia mengandalkan bantuan pengiriman air bersih dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Karena sumber – sumber air di dusun yang terletak di daerah pegunungan itu telah mengering.

Apalagi saat ini tengah memasuki fase puncak musim kemarau.

“Sumber-sumber air sudah mengering, tak bisa lagi diakses warga,” imbuhnya.

Tak sedikit dari warga, termasuk dia, terpaksa harus berjalan hingga jarak lima kilometer menyusuri hutan untuk mencari sisa-sisa sumber air yang masih bisa diakses oleh warga.

Itu pun dia harus antre bersama warga lainnya karena warga lainnya juga mengalami kondisi serupa.

Terlebih bantuan yang didapat belum dapat menjamah seluruh kebutuhan warga karena keterbatasan.

“Satu sumur bisa dipakai untuk 30 KK, bahkan lebih. Kalau bantuan air dari pemerintah digunakan untuk keperluan minum dan memasak, kalau mandi dan mencuci baju di sungai yang jaraknya sekitar lima kilometer itu tadi,” ujarnya.

Kekeringan itu terjadi pada kisaran Juli lalu. Namun saat itu air masih dapat diakses di beberapa titik. Namun sejak kisaran tiga pekan terakhir, warga memutuskan untuk meminta bantuan air bersih ke pemerintah daerah karena tak punya pilihan lain.

Sumber air sudah mengering, apalagi saat ini Trenggalek menjadi salah satu terdampak kekeringan meteorologis kategori awas.

“Sejak tiga pekan terakhir, kondisi krisis air bertambah parah,” jelasnya.

Kondisi itu dialaminya selama belasan hingga puluhan tahun saat memasuki musim puncak kemarau.

Ibaratnya, saat musim kemarau mencari air bersih di daerah itu bak berebut emas.

Dengan kata lain, sumber air yang terbatas, namun disisi lain banyak masyarakat yang mencarinya sehingga air bersih sangat berharga.

Baca Juga: Kapolres Jombang Pimpin Sertijab Sejumlah Pejabat, Berikut Daftarnya

Tak heran saat mengunjungi daerah itu banyak warga berseliweran menenteng cucian menyusuri area hutan.

“Kalau tidak parah, sebetulnya air disini masih bisa diakses seperti biasanya,” pungkasnya.

Tak hanya mengantre saja. Tak sedikit warga memilih untuk membeli air tandon seharga Rp 70 ribu untuk kapasitas 1200 liter.

Biaya itu sudah termasuk untuk keperluan akomodasi transportasi kendaraan milik warga lainnya yang disewa untuk berburu air bersih di daerah lainnya yang tidak mengalami kekeringan, seperti desa di bawah Dusun Selorejo.

Pilihan itu salah satunya diambil oleh Sri Wilis warga sekitar.

“Itu menjadi alternatif terakhir. Istilahnya kita minta tolong, kebetulan ada warga yang punya pickup dan tandon. Harga itu bukan tarif, tapi istilahnya pengganti solarnya,” kata Sri.

Dengan air yang dibeli itu, kata Sri dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari kurang lebih empat sampai lima hari.

Sebab dia tinggal bersama dua sampai tiga orang, termasuk kerabatnya.

Sri-pun memaklumi dengan fenomena itu, karena di wilayah sangat sulit ditembus sumber air dan hanya bisa diakses dengan kedalaman – kedalaman tertentu.

Ia pun berharap Trenggalek segera turun hujan sehingga krisis air bersih segera berakhir.

“Sehingga warga tidak lagi mengalami kekeringan, namun disisi lain terdapat potensi longsor yang harus diwaspadai,” pungkasnya.

Selain potret warga berburu air bersih, yang jadi pemandangan khas tahunan di daerah itu adalah berseliweran nya mobil-mobil milik pemerintah daerah yang mengangkut suplai air bersih.

Sedikitnya tiga armada truk dengan kapasitas 4000 liter diterjunkan hampir setiap waktu untuk mengirimkan air bersih di daerah itu.

Baca Juga: Rekomendasi Anime dengan Petualangan Luar Biasa dan Menarik

Biasanya petugas mengirimkan bantuan air bersih setiap tiga atau dua hari sekali.

“Desa ini sudah mendapatkan bantuan 21 tandon air masing-masing 1.200 liter. Kami mendapat jatah 47 tangki, dari awal 11 September sudah terdistribusi 25 tangki mudah-mudahan ada hujan, kalaupun belum akan kita upayakan,” kata Plt Kepala Dinas Sosial Trenggalek, Ratna Sulistyowati.***

Reporter : Angga Prasetya
Editor : Hadiyin

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *