Trenggalek Mulai Wujudkan Skema Fiskal Baru Ekonomi Hijau melalui ‘Carbon Trading’

Trenggalek Mulai Wujudkan Skema Fiskal Baru Ekonomi Hijau melalui ‘Carbon Trading’
Diskusi industri hijau di Pendopo Trenggalek (angga)

 

Trenggalek, LINGKARWILIS.COM – Kabupaten Trenggalek perlahan menunjukkan progres dalam penerapan skema fiskal baru berbasis ekonomi hijau melalui perdagangan karbon (carbon trading). Langkah ini dinilai sebagai upaya strategis dalam mengurangi emisi karbon sekaligus mendorong perekonomian ramah lingkungan.

Keseriusan Trenggalek terlihat melalui program penanaman pohon, di mana setiap individu diwajibkan menanam minimal satu pohon dalam setahun, sementara pejabat publik memiliki target khusus. Program ini bukan hanya untuk menekan emisi gas karbon tetapi juga sebagai persiapan mendukung potensi perdagangan karbon yang sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

Kepala Pusat Industri Hijau, Apit Pria Nugraha, menyebut Trenggalek memiliki potensi besar untuk merealisasikan konsep ekonomi hijau ini. Selain kekayaan alam yang melimpah, dukungan dan pemahaman kuat dari kepala daerah menjadi modal penting.

Baca juga : UPT Mitrologi Legal Disdag Kediri Berikan Layanan Tera Timbangan Gratis untuk Pedagang

“Biasanya tantangan terberat adalah meyakinkan pimpinan. Namun, di Trenggalek, kepala daerahnya sudah paham. Kini tinggal perangkatnya mengikuti, memanfaatkan potensi alam, lalu mengonversinya menjadi ekonomi karbon yang berkontribusi pada perekonomian nasional,” ungkap Apit dalam diskusi industri hijau di Pendopo Trenggalek, Senin (16/12) malam.

Apit menjelaskan bahwa konsep ekonomi hijau memiliki dampak ganda, yakni menjaga kelestarian lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Potensi kehutanan, jika dikonversi menjadi nilai ekonomi karbon, bisa dijual dan diklaim, bahkan dapat diakses melalui skema pendanaan tertentu.

Namun, ia mengakui realisasi perdagangan karbon memerlukan langkah panjang, seperti peningkatan kompetensi sumber daya manusia, penguatan konektivitas lintas lembaga, serta peningkatan tutupan lahan.

“Kalau potensi ini sudah terpetakan dengan baik, kami akan membantu mencarikan mitra yang dapat mendukung dan memfasilitasi Trenggalek untuk benar-benar merealisasikan ekonomi karbon,” jelasnya.

Baca juga : Refreshing Pasca UAS di SDN Ngadirejo 1 Kediri, Memulihkan Semangat Belajar Siswa

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, atau yang akrab disapa Mas Ipin, menegaskan bahwa transformasi ekonomi hijau adalah ikhtiar jangka panjang yang dilakukan pemerintah daerah. Menurutnya, ekonomi hijau tidak hanya mencakup pengurangan emisi karbon, tetapi juga memanfaatkan limbah industri untuk menciptakan ekonomi sirkular.

“Kami ingin bergerak menuju ekonomi hijau, salah satunya dengan mendorong ekonomi sirkular. Bahkan, kami berharap dapat bekerja sama dengan industri untuk mengukur dan meng-offset emisi gas rumah kaca sehingga nilai ekonomi karbonnya bisa kita klaim. Ini adalah bagian dari upaya menciptakan ekonomi masa depan,” kata Mas Ipin.

Hal senada disampaikan Novita Hardini, anggota DPR RI Dapil VII Jawa Timur. Menurutnya, perdagangan karbon masih tergolong konsep baru dan membutuhkan proses panjang untuk direalisasikan sepenuhnya. Meski demikian, Novita menilai langkah ini sangat potensial dan perlu mendapatkan dukungan penuh.

“Saya berharap pendampingan terhadap Trenggalek terus berjalan hingga benar-benar dapat melakukan perdagangan karbon. Sebagai anggota DPR RI, saya siap menjalankan fungsi legislasi, penganggaran, serta kontrol, termasuk mendorong adanya regulasi pendukung,” tegas Novita.***

Reporter: Angga Prasetya
Editor: Hadiyin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *